I.
Pengertian
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan
serebrospinal di dalam ventrikel otak secara aktif. (Umar Kayan, 1994)
Hidrosefalus adalah suatu keadaan
patologis yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan
baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorbsi, dengan / pernah
disertai TIK yang meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang-ruang tempat
aliran cairan serebrospinalis. (Mata Kuliah Askep Anak, 2003)
Hidrosefalus adalah dilatasi ventikel
oleh karena gangguan aliran LCS (Liquor Cerebrum Spinalis). (Mata Kuliah Medis
Syaraf, 2003)
II.
Etiologi
1.
Kelainan kongenital / bawaan
2.
Gangguan cairan cerebrospinalis
3.
Tumor otak
4.
Trauma lahir
5.
Terinfeksi / proses radang.
III.
Gejala klinis
a.
Pada bayi (sufura masih terbuka
pada umur kurang dari 1 tahun)
-
Kepala membesar
-
Sufura membesar
-
Mata kearah bawah (sunset
phenomena)
-
Perkusi kepala”cracked pot
sign” atau seperti semangka masak
b.
Pada anak-anak yang sufuranya
sudah tertutup, gejala kenaikan tekanan kronial lebih menonjol
-
Sakit kepala
-
Muntah
-
Mual
-
Hiperfleksi seperti kenaikan
tonus anggota gerak
-
Gangguan perkembangan fisik dan
mental
c.
Pada dewasa : tanda-tanda
tekanan intrakranial meningkat pada dewasa dapat timbul “Normal pressure
Hidrosefalus” akibat dari :
-
Pendarahan subarahnoid (SAH)
-
Meningitis
-
Trauma kepala
Dengan trias gejala :
-
Gangguan mental (dementia)
-
Gangguan koordinasi (ataksi)
-
Gangguan kencing (inkontinentia
urin)
IV.
Patofisiologi
V.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan fisik
Biasanya klien hidrosefalus kepala membesar, mata selalu
melihat kebawah, sakit kepala, tanda-tanda tekanan inkranial meningkat seperti
: mual, muntah, sakit kepala tidak sembuh dengan analgetika dan cenderung
semakin bertambah, disorentasi, gelisah, papil edema, bradikardi, hipertensi,
kesadaran menurun, GCS menurun. Pada kx hidrosefalus jika dilakukan perkusi
kepala didapatkan cracked pot sign (seperti semangka masak), pada kulit kepala
tipis dan mengkilat.
2.
Pemeriksaan tambahan
-
CT Scan kepala : didapatkan
cairan yang berlebihan pada ventrikel otak, dengan CT scan kepala juga dapat
menduga penyebab dari hidrosefalus.
-
Pemeriksaan cairan
serebrospinal dengan cara aseptik melalui pungsi vertikal menentukan.
*
Tekanan.
*
Jumlah sel meningkat,
menunjukkan adanya peradangan / infeksi.
*
Adanya eritrosit menunjukkan
adanya perdarahan.
*
Bila terdapat infeksi,
diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan anti biotik.
VI.
Komplikasi
-
Alrofi otak
-
Hernisasi otak yang dapat
berakibat kematian
VII.
Penatalaksanaan
1.
Menghilangkan penyebab
hidrocefalus.
2.
Mengalirkan cairan
serebrospinal dari rongga otak ke ruang lain dalam tubuh (apabila tidak terjadi
/ terserang infeksi) apabila cairan terinfeksi (seperti meningitis) cairan
dibuang dialirkan di suatu tempat atau total dengan mempertahankan tekanan
tertentu dalam vertikal.
3.
Pemasangan vp shunt
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1.
Identitas Kx
Biasanya pada klien hidrosefalus
terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun atau bayi yang baru lahir.
2.
Keluhan Utama
Pada umumnya klien kepalanya membesar, nyeri
kepala hebat dan tidak sembuh dengan analgetika cenderung semakin bertambah,
mata membesar dan mata selalu melihat kebawah, kelumpuhan anggota gerak,
kesadaran menurun, GCS menurun.
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kx datang dengan keluhan nyeri kepala hebat, kepala
membesar, kesadaran menurun, kelumpuhan anggota gerak, GCS menurun.
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hidrosefalus merupakan penyakit bawaan namun
hidrosefalus juga merupakan komplikasi dari penyakit meningitis terutama
meningitis tuberkulosa.
5.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pada kx dengan hidrosefalus biasanya keluarga atau
orang-orang terdekat pernah mengidap penyakit TB atau juga meningitis TB.
Tetapi hidrosefalus merupakan penyakit kelainan bawaan atau adakah keluarga kx
untuk ibu kx sewaktu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada
janin melalui darah.
6.
Pola – pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola persepsi dan tata laksana
hidup
Pada kx hidrosefalus biasanya personal hygienenya kurang
karena terjadi kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun.
b.
Pola nutrisi dan metabolisme
Pada kx hidrosefalus terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
apalagi yang sudah mengalami kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun,
biasnya klien terpasang infus dan NGT.
c.
Pola eliminasi
Pada pola eliminasi juga kadang-kadang terjadi gangguan
apabila kx sudah mengalami kelumpuhan anggota gerak dan kesadarannya menurun,
kx biasanya terpasang dower kateter.
d.
Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya kx hidrosefalus mengalami gangguan tidur
karena adanya cairan cerebrispinal pada waktu pre op dan post op biasanya kx
tidak mengalami gangguan pola istirahat dan tidur.
e.
Pola aktifitas dan latihan
Pada umumnya kx mengalami gangguan dalam melakukan
aktivitasnya.
f.
Pola Persepsi dan konsep diri
Biasanya pada kx dengan hidrosefalus mengalami gangguan
dalam pola persepsi dan konsep diri karena kx mengalami gangguan dalam cara
menerima gambaran dirinya.
g.
Pola sensori dan kognitif
Pada umumnya kx dengan hidrosefalus daya pengelihatan
mengalami gangguan karena adanya cairan yang menumpuk pada otak sehingga
terjadi pembesaran pada kepala, sedangkan pendengaran, penciuman, perabaan
biasanya tidak mengalami gangguan, kx juga biasanya mengalami nyeri kepala, dan
kognitif kx terganggu karena kx dan keluarga tidak mengerti tentang penyakit
yang diderita oleh kx.
h.
Pola reproduksi dan sexual
Biasanya kx dengan hidrosefalus mengalami disfungsi
sexual dikarenakan kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran yang menurun.
i.
Pola hubungan peran
Pada umumnya kx dengan hidrosefalus kehilangan perannya
sebagai anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya.
j.
Pola penanggulangan stress
Biasanya kx dengan hidrosefalus mengalami kecemasan dan
gelisah
k.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien dengan hidrosefalus yang tidak mengalami
gangguan kesadaran dan tidak mengalami kelumpuhan anggota gerak kx tidak
mengalami gangguan dalam pola tata nilai dan kepercayaan.
7.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
-
Biasanya pada kx Hydrosephalus
kepala tampak membesar, mata melihat kebawah, pupil oedem .
-
Sesak nafas, GCS menurun, dan
kecerdasan menurunl.
b.
Palpasi
Biasanya turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
pada kepala kulit tipis mengkilat.
c.
Perkusi
Pada kepala kx apabila dilakukan perkusi maka didapatkan
kepala kx terasa lunak.
d.
Auskultasi
Biasanya kx bradikardi dengan tekanan darah naik..
e.
Pemeriksaan nervus
Pada pemeriksaan nervus didapatkan kelainan pada nervus
III, IV dan VI (menggerakkan bola mata) mata seperti tanda matahari terbit,
nervus VII wajah kx tampak akaku karena terdapat tekanan, pada nervus XI kx
susah menggerakkan leher dan pundak, pada nervus XII kx tidak dapat
menggerakkan lidah.
f.
Pemeriksaan rangsangan
meningeal
Pada pemeriksaan rangsangan meningeal biasanya pada kx
dengan hidrosefalus didapatkan kaku kuduk positif, kernik negatif.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko terjadi tekanan intra
kranial meningkat berhubungan dengan adanya penyumbatab pada arus liquor.
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan intake tidak seimbang, muntah.
3.
Resiko terjadinya gangguan
integritas kulit (dekubitus) berhubungan dengan imobilisasi yang lama.
4.
Resiko perubahan pola eliminasi
urin sehubungan dengan penurunan fungsi motorik, px tidak sadar.
5.
Gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar (ADL) berhubungan dengan kesadaran.
6.
Gangguan rasa nyaman (nyeri
kepala) berhubungan dengan tik meningkat.
7.
Cemas berhubungan dengan
informasi yang kurang, kurang pengetahuan tentang kondisi kx.
8.
Resiko gagal nafas berhubungan
dengan retensi sputum, px tidak sadar.
III. PERENCANAAN
1.
Diagnosa : Potensial terjadi tekanan intra kranial
meningkat berhubungan dengan adanya penyumbatan pada arus liquor.
Tujuan : TIK tidak meningkat.
KH : Kx tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial :
-
Mual, muntah
-
Nyeri kepala
-
Bradikardi
-
Tekanan darah naik
-
dll
Rencana tindakan :
1. Berikan penjelasan (HE) pada klien dan
keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK.
R/ Diharapkan klien dan keluarga
dapat segera mengetahui apabila ada tanda-tanda peningkatan TIK secara
mendadak.
2. Berikan
motivasi pada klien untuk bedrest total.
R/
diharapkan tidak terjadi peningkatan TIK.
3. Berikan bantal lunak dan lakukan mobilisasi
minimal tiap 2 jam sekali dan menghindari benturan kepala.
R/
Mobilisasi tiap 2 jam diharapkan penyumbatan tidak terjadi
4.
Pertahankan posis kepala 300
dan kurangi manipulasi kepala yang berlebihan.
R/ Manipulasi kepala yang berlebihan
dapat menyebabkan bertambahnya peningkatan TIK.
5.
Observasi tanda-tanda vital dan
GCS tiap 4 jam sekali.
R/ Mengetahui adanya tanda-tanda TIK meningkat.
6.
Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian obat (terapi).
R/ Melakukan fungsi independent.
2.
Diagnosa : Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak seimbang, muntah.
Tujuan : Tidak terjadi komplikasi decubitus.
KH : - Integritas
kulit tetap utuh.
- Tidak terdapat luka decubitus.
Rencana tindakan :
1.
Jelaskan pada klian dan
keluarga akibat tirah baring yang lama.
R/ Tirah baring lama dapat menyebabkan timbulnya luka decubitus.
2.
Jaga kebersihan tempat tidur,
hindari kelembaban kulit (urine, keringat, dsb).
R/ Kelembaban mempermudah kerusakan
kulit dan tempat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
3.
Lakukan massage, perawatan
kulit.
R/ Membantu memperlancara sirkulasi darah.
4.
Perbaiki intake nutrisi
R/ Meningkatkan daya tahan tubuh.
5.
Bantu klien untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
R/ Bantu yang diberikan berarti bagi pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
6.
Lakukan kolaborai dengan tim
fisioterapi.
R/ Keterlibatan fisioterapi
mempercepat pemulihan fungsi muskuloskeletal
IV. IMPLEMENTASI
Tahap pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana tindakan yang telah
disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi masalah klien secara
optimal (Nasrul Effendi, 1995).
V. EVALUASI
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatahn kx
dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan kx dan
sesama tenaga kesehatan. (Nasrul Efendi, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
- Nasrul Efendi, 1995. Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
- Umar Kasan, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi, LAB/UPF Ilmu Bedah, Surabaya.
- Mata Kuliah Medis Syaraf By. Dr. Iwan, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar